Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Aliquam vulputate eu purus nec aliquet. Donec accumsan convallis lorem nec sagittis. Nam vel pellentesque ex, vel dictum metus. Orci varius natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Nullam accumsan egestas elit gravida lacinia. Praesent augue tortor, rutrum sit amet libero sit amet, venenatis placerat nisl. Ut at posuere felis, malesuada placerat mi. Donec ultricies dolor sed magna pretium gravida.
Sejarah Lahirnya 5 Oktober Sebagai HUT TNI
Berbicara tentang negara yang menyangkut keamanan negara, tidak akan pernah terlepas dari pembicaraan dan perbincangan tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebuah negara tanpa angkatan bersenjata, sangat sulit dibayangkan.
Negara harus indentik dengan tentara dan rakyatnya. Karena tentara adalah alat negara, dan bersama rakyat ia menjad penentu keberadaan negara. Maka, tatkala negara didrikan, tentara juga harus didirikan, tidak bisa tidak.
Di situlah usia negara biasanya disatukan dengan usia tentara, sebagaimana juga usia negara sama dengan usia rakyat. Dari perspektif inilah TNI didirikan pada tahun yang sama dengan tahun berdirinya negara atau berdirinya republik ini.
Dengan menyadari hal itu, maka setelah perlengkapan negara selesai di bentuk,maka KNIP membantu tugas-tugas kenegaraan yang dijalankan oleh Presiden dan kabinetnya . Baru kemudian Presiden dan jajarannya setelah melalui suatu pertimbangan strategi politik yang matang untuk segera didirikan angkatan bersenjata atau tentara nasional Indonsia.
Maka tepat 45 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di susunlah organisasi kemiliteran yang berasal dari lasykar-lasykar pejuang yang tidak diragukan loyalitasnya terhadap Indonesia meskipun mereka berasal dari berbagai etnit, sosial budaya ,agama dan ideologinya beragam pula.
Karenanya tanggal 5 Oktober 1945 diperingati sebagai hari lahirnya TNI yang sebelumnya merupakan lasykar rakyat seperti TKR,BKR,TRIP, Hizbullah,dan lainnya bersatu dalam satu wadah angkatan bersenjata republik Indonesia(ABRI) yang sekarang TNI. Dirgahayu TNI ke 66, semoga tetap jaya dan kuat dalam mengawal bangsa dan negara.
Dan TNI yang didirikan pada tahun pada tahun 1945 itu awalnya dipimpin oleh panglima TKR. Soepriyadi yang merupakan komandan peleton atau shodancho tentara Peta. Sebelumnya, dia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat.
Tapi Soepriyadi menghilang sejak pemberontakan di Blitar pada Mei 1945. Sebagian pejuang yakin dia sudah tewas terbunuh tentara Jepang.
Sukarno kemudian menunjuk Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum dengan berpangkat letnan jenderal. Pemilihan Oerip atas rekomendasi Perdana Menteri Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin. Tugas Oerip membenahi organisasi tentara yang masih semrawut sebelum dipilih Panglima TNI.
Melewati pemilihan yang ketat pada 12 November 1945, akhirnya Soedirman yang masih berusia 29 tahun mampu menyisihkan Oerip, Amir Sjarifoeddin, dan Moeljadi Djojomartono dari Barisan Banteng. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta akhirnya melantik Soedirman sebagai Panglima Besar pada 18 Desember 1945.
Namun sebelum menjadi TKR, tentara berawal dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat pada 22 Agustus 1945. BKR ini muncul dalam sidang PPKI, dua orang anggota PPKI yaitu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Otto Iskandardinata mengusulkan untuk dibentuk sebuah badan pembelaan negara.
Anggota BKR saat itu adalah para pemuda Indonesia yang sebelumnya telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), KNIL dan lain sebagainya. BKR tingkat pusat yang bermarkas di Jakarta dipimpin oleh Moefreni Moekmin. Melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat.
Namun nama TKR selanjutnya diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Usai kemerdekaan, banyak upaya sekutu mengembalikan penjajahan sehingga banyak laskar pejuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Nah, untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu maka dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negera kesatuan, sehingga APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara angkatan perang dengan kepolisian negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan menjauhkan pengaruh dari kelompok politik tertentu.
Pada tahun 1998 terjadi perubahan situasi politik di Indonesia. Perubahan tersebut berpengaruh juga terhadap keberadaan ABRI. Pada tanggal 1 April 1999 TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri. Sebutan ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI, sehingga Panglima ABRI menjadi Panglima TNI.
Seminar Nasional Integrasi Proses 2017
Cilegon (3/10/17) Jurusan teknik kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menyelenggarakan Seminar Nasional Integrasi Proses (SNIP) 2017 di Gedung Center of Excellence Industri Petrokimia Cilegon. Seminar nasional ini merupakan program tiga tahunan dari jurusan teknik kimia yang saat ini diketuai oleh Dhena Ria Barleany ST, M.Eng, yang juga merupakan sekretaris jurusan teknik kimia.
Seminar ini dibuka oleh rektor yang diwakili oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Bapak Dr. H Fatah Sulaiman ST MT. Pada kesempatan kali ini, 3 keynote speaker yang sangat luar biasa hadir dalam seminar ini, di antaranya adalah Ir M. Khayam MT (Direktur Industri Kimia Hulu Kementrian Perindustrian Republik Indonesia), H. Maryono ST, MM (Direktur Produksi PT Pupuk Kujang), dan Prof. Dr. Ir. M. Nasikin, M.Eng (Peneliti/Dosen Universitas Indonesia).
Dr H Fatah Sulaiman berharap melalui seminar ini dapat memberikan kontribusi hilirisasi riset yang lebih baik dari sebelumnya. Dhena Ria Barleany selaku ketua pelaksana juga berpesan bahwa tujuan utama seminar ini adalah sebagai wadah silaturahmi antar berbagai pihak seperti akademisi, praktisi, dan lain-lain. Harapannya, kegiatan ini akan terus berjalan sebagai wadah untuk bertukar ide-ide.
Langganan:
Postingan (Atom)